Selain Intervensi, Ini yang Bisa Dipakai BI untuk Stabilkan Rupiah - Mading Indonesia

Post Top Ad

Selain Intervensi, Ini yang Bisa Dipakai BI untuk Stabilkan Rupiah

Selain Intervensi, Ini yang Bisa Dipakai BI untuk Stabilkan Rupiah

Share This
JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak sepekan terakhir, nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dollar AS. Pelemahan tersebut lebih banyak disebabkan faktor eksternal, salah satunya adalah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR).

Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menjelaskan, cara paling cepat yang dilakukan Bank Indonesia (BI) untuk stabilisasi nilai tukar adalah dengan intervensi. Cara ini adalah menggunakan cadangan devisa Indonesia.

 Akan tetapi, Piter memandang ada kebijakan yang lebih berkelanjutan yang dapat dilakukan bank sentral sebagai upaya stabilisasi nilai tukar. Cara tersebut adalah dengan pengelolaan arus modal atau capital flows management. "Sayangnya (kebijakan ini) tidak bisa digunakan secara mendadak," sebut Piter dalam acara CORE Quarterly Review di Jakarta, Selasa (24/4/2018).

 Piter menjelaskan, cara yang dilakukan dalam capital flows management adalah dengan mengatur dana yang masuk atau investasi yang masuk ke Indonesia agar tidak mudah keluar. Saat ini, yang terjadi di Indonesia adalah tidak cukup ketat dalam mengatur arus modal asing yang masuk dan keluar. "Harusnya diatur, bagaimana masuk baik-baik keluar baik-baik. Harusnya tidak dibebaskan begitu saja," ungkap Piter.

 Dengan adanya capital flows management ini, maka ketika ada faktor eksternal yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, maka investor tidak mudah melarikan dananya keluar dari Indonesia. Piter menuturkan, bank sentral bisa menggunakan kebijakan ini untuk mencegah pelemahan rupiah. "Dulu ada holding period 6 bulan.

Kebijakan ini diterapkan BI untuk mencegah pelemahan rupiah," ungkap dia. Bank sentral, imbuh Piter, dipandang seharusnya menerapkan kebijakan tersebut sejak awal. Dengan demikian, ketika ada ekspektasi kenaikan FFR, maka tidak ada lonjakan arus modal keluar.

Bank sentral, imbuh Piter, diprediksi bakal mempertahankan nilai tukar pada posisi yang akan mendukung kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, keyakinan pun dibutuhkan agar bank sentral dapat mengelola nilai tukar lebih baik.


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages