Sinyal Positif Demokrasi Pasca Pilpres Menghadirkan Romantisme Megawati, Prabowo dan Jokowi - Mading Indonesia

Post Top Ad

Sinyal Positif Demokrasi Pasca Pilpres Menghadirkan Romantisme Megawati, Prabowo dan Jokowi

Sinyal Positif Demokrasi Pasca Pilpres Menghadirkan Romantisme Megawati, Prabowo dan Jokowi

Share This

Tak ada lagi yang bisa digambarkan dari kemesraan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Kemesraan keduanya bak remaja yang sedang berpacaran.
Namanya seperti orang pacaran sudah pasti ada kalanya putus lalu berjauhan kemudian balikan lagi.
Tentunya, hubungan yang dimaksud adalah hubungan dalam konteks politik dua elite politik nasional. Setali dua uang, hubungan Prabowo dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun demikian.
Megawati belakangan terus mengumbar ke publik “kemesraan” dalam hubungan politiknya dengan Prabowo. Jokowi pun menunjukkan hal sama.
Puncaknya ketika Prabowo datang ke kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar Nomor 27 A, Menteng, Jakarta Pusat pada 24 Juli 2019. Prabowo bahkan mendapatkan sambutan sangat hangat dari keluarga Megawati dan PDIP. Tentu yang paling istimewa adalah sajian nasi goreng yang katanya dimasak dan diracik sendiri oleh Presiden ke-5 RI itu.
“KARENA BELIAU INI NAGIH TERUS (SAJIAN NASI GORENG MASAKAN MEGAWATI) SEPERTI TADI YANG BELIAU KATAKAN. KARENA NASI GORENG YANG SAYA BUAT ITU ENAK, KATANYA. TAPI SETELAH DIBUKTIKAN, BELIAU YANG HADIR BILANG, ‘SANGAT ENAK YA BU. SERING-SERING DIUNDANG UNTUK MAKAN NASI GORENG’,” KATA MEGAWATI MENIRUKAN UCAPAN PRABOWO.
Prabowo pun mengaku berterima kasih dan merasa terhormat atas sajian makan siang yang dihidangkan Megawati. “Saya diterima, Ibu Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia yang ke-5. Saya sangat berterima kasih, ini kehormatan,” paparnya.
Prabowo menyatakan Megawati telah memenuhi janjinya memasak nasi goreng untuknya. “Luar biasa nasi gorengnya, saya sampi nambah,” ungkap Prabowo yang disambut senyum mengembang Megawati yang berdiri di sampingnya.
Prabowo mengaku dari dulu selalu mendapat sambutan yang baik dari keluarga Megawati. “Saya selalu merasa mendapat penghormatan dan perlakukan yang baik dari sejak dulu. Jadi saya kadang-kadang berbeda dalam sikap politik yang tidak prinsip menurut saya, karena yang utama, kami sama-sama patriot, sama-sama komit pada NKRI harga mati,” kata Prabowo.
Kemesraan hubungan politik keduanya kembali ditunjukkan dengan hadirnya Prabowo memenuhi undangan Megawati saat pembukaan Kongres V PDIP di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis 8 Agustus 2019 lalu. Megawati pun mengucapkan terima kasih kepada Prabowo yang juga berkenan hadir menghangatkan Kongres ke-V PDIP.
Mengetahui namanya disebut secara khusus, Prabowo yang duduk di deretan kursi terdepan langsung berdiri sambil membungkuk untuk menunjukkan penghormatan dengan mengatupkan kedua tangannya.
Megawati mengatakan, pilpres yang berlangsung selama hampir setahun, sudah cukup melelahkan. “Kan capai ya tempur terus. Nanti tempur lagi di 2024, siap?” kata Megawati.
Selepas acara pembukaan Kongres, Prabowo bahkan masih sempat berfoto selfie dengan Megawati dan sang putri Puan Maharani.
Tak berhenti di sini, Megawati kembali menunjukkan kedekatannya dengan Prabowo. Kali ini, masih dalam rangkaian kongres, saat meninjau pameran foto, Mega menunjuk gambarnya bersama Prabowo saat jamuan makan nasi goreng di Teuku Umar. “Ini foto favorit saya,” kata Megawati.
Begitu pula hubungan Prabowo-Jokowi yang sebelumnya sempat menegang saat Pilpres 2019, kini telah mencair seiring pertemuan keduanya di Stasiun Mass Rapit Transit (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Sabtu 13 Juli 2019 lalu. Pertemuan yang menjadi awal terciptanya rekonsiliasi damai antara dua tokoh besar negeri ini.
“INI ADALAH PERTEMUAN SEORANG SAHABAT, PERTEMUAN SEORANG KAWAN, PERTEMUAN SEORANG SAUDARA YANG SEBETULNYA INI SUDAH KITA RENCANAKAN LAMA,” KATA JOKOWI KETIKA ITU.
Prabowo juga langsung mengucapkan selamat bekerja kepada Jokowi.
“Jadi saya ucapkan selamat bekerja. Saya juga ucapkan selamat tambah rambut putih, Pak,” ucap Prabowo.
Sejalan dengan pertemuan keduanya, kini tak ada lagi 01 dan 02. Tak ada lagi sebutan cerobong dan kampret. Semuanya menjadi satu, yaitu Indonesia.
Saat berpidato dalam Kongres V PDIP, Jokowi pun kembali menyapa secara khusus Prabowo dengan sebutan sahabat. “Tak lupa, sahabat saya, Ketua Umum Gerindra Bapak Prabowo Subianto,” sapa Jokowi yang juga langsung disambut Prabowo dengan berdiri dan mengatupkan kedua tangan sebagai bentuk penghormatan.
“Jangan didesak-desak terus untuk menyebut Pak Prabowo Subianto, pasti saya ingat,” kata Jokowi yang memang menyebut nama Prabowo paling akhir setelah menyapa para elite nasional lainnya.
Kalau kita flashback jauh ke belakang, tiga elite politik ini sebelumnya sempat berhubungan sangat dekat dalam satu “sekoci” koalisi, yakni saat Jokowi maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta bergandengan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat pada Pilkada 2012.
Prabowo saat itu disebut-sebut sebagai sosok yang meyakinkan dan merayu Megawati agar mengizinkan Jokowi maju sebagai cagub DKI Jakarta. Tidak sekadar merayu Mega, Prabowo bahkan mendukung penuh pencalonan Jokowi-Ahok kala itu hingga akhirnya keduanya terpilih sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2012.
Jauh sebelum itu, Megawati-Prabowo lebih dulu menjalin hubungan politik yang sangat mesra kala keduanya maju sebagai pasangan calon wresiden dan wakil presiden pada Pilpres 2009. Namun, pasangan ini terjungkal, kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla (JK).
Hubungan Megawati-Prabowo-Jokowi yang semula sangat “mesra” berubah menjadi meregang, seiring perubahan arah politik ketiganya. Ini bermula ketika Jokowi yang di tengah jalan saat masih menjabat gubernur DKI Jakarta tiba-tiba ingin naik kelas dengan maju menjadi calon presiden pada Pilpres 2014.
Masalah timbul karena orang yang ditantang bertarung dalam pertarungan politik tertinggi negeri ini saat itu ternyata adalah tokoh yang sebelumnya “mengendorse” Jokowi sebagai cagub DKI Jakarta. Sosok itu tak lain adalah Prabowo Subianto yang kala itu bersanding dengan politikus PAN yang juga besan SBY, Hatta Rajasa. Prabowo-Hatta akhirnya terjungkal, kalah dari mantan tukang kayu yang menggandeng politikus senior Jusuf Kalla.
Sejak saat itu, hubungan Mega-Prabowo-Jokowi kian merenggang. Apalagi, elite-elite parpol yang dipimpin Prabowo seperti Fadli Zon juga kerap kali menyerang pemerintahan Jokowi lewat berbagai pernyataan di media yang tentu membuat panas telinga Presiden dan juga para pendukungnya.
Ketegangan hubungan ketiganya berlanjut saat Pilkada DKI Jakarta 2017. PDIP yang dipimpin Megawati mengusung pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat sementara Gerindra yang dipimpin Prabowo mengusung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno. Pertarungan Pilkada DKI kala itu tidak saja membuat hubungan ketiganya semakin merenggang, namun menjadi awal dari semakin menguatnya polarisasi di masyarakat.
Pilpres 2019 yang kembali mempertegas ketegangan ketika Prabowo vs Jokowi harus kembali melakukan rematch. Polarisasi di tengah masyarakat sangat kuat dengan istilah yang kita kenal dengan sebutan “cebong” untuk pendukung Jokowoi-KH Ma’ruf Amin dan “kampret” untuk menyebut pendukung Prabowo-Sandi.
Kini, hubungan Megawati-Prabowo-Jokowi kembali sangat dekat. Bahkan, kalau melihat dalam Kongres V PDIP di Bali, Prabowo terlihat seperti jauh lebih istimewa dibanding ketua umum parpol Koalisi Indonesia Kerja lainnya yang hadir seperti Surya Paloh, Airlangga Hartarto, Suharso Monoarfa, maupun Diaz Hendropriyono. Dalam kongres tersebut, Prabowo mendapatkan tempat tersendiri di hati Megawati maupun Jokowi. Akankah ini menjadi sinyal Gerindra bakal bergabung ke koalisi pemerintahan Jokowi-Kiai Ma’ruf? Menarik untuk kita tunggu.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages